Kali ini kita traveling ke Banyuwangi. Ada apa sih di Banyuwangi?
Sebenernya banyak, ada Kawah Ijen, Taman Nasional Baluran, Teluk Hijau, Pulau Merah, dll. Tapi saya sama temen-temen cuma ke Kawah Ijen sama Baluran.
Trip berawal dari Jakarta. Berangkat berdua dengan kereta Gaya Baru Malam dari stasiun Pasar Senen tanggal 2 Mei 2015 jam 10.30 dan sampai di Surabaya tanggal 3 Mei 2015 jam 01.25 dinihari. Cukup lama. Ternyata saya salah booking, gak merhatiin jalurnya. Kereta ini melewati jalur selatan yang ternyata lebih lama, karena muter. Pantes aja orang yang depan saya heran, kenapa naeknya yang jalur selatan. Saya sih gak tau jalur yang deket mana. Yang saya tau, pas online cari tiket ke Surabaya, yang masih ada seat cuma yang ini, ya jadilah booking tanpa tau jalur yang dilewati. Hehhe...
Oke, sampai di Stasiun Surabaya Gubeng jam 01.30. Bisa dibilang ontime lah ya. Kami naik taxi menuju Srikana, rumah temen, numpang nginep. Dan Blue Bird yang kami tumpangi kayaknya sengaja bawa kami ke jalan yang salah.
"Eh, Mba ke Srikana yah, saya lupa."
Helloooo... Kita tuh udah bilang ke Srikana dari masuk taxi. Trus saya juga nelpon temen, bilang "Srikana kan, Mba?" dengan suara yang pastinya didenger sama si sopir taxi. Jelas banget dia ngerjain kita. Okeh, anggap aja rezekinya dia. Sampai di rumah Mba cantik jam 02.00. Saya mandi dan bobo cantik walaupun sebentar.
Paginya, bangun, ngobrol di meja makan sambil ngeteh. Trus ditawarin makan pecel. Travelmate saya yang dari kemarennya emang nyariin pecel langsung happy donk, walaupun agak basa-basi dikit. Hehhe.. Kita diajakin ke tukang jual pecel dan dibayarin, alias makan gratis.
Jam menunjukkan pukul 08.30. Kereta menuju Banyuwangi jam 09.00. Buru-buru ganti baju, dan kita dianter ke Stasiun Surabaya Gubeng. Maaci loh Mba cantik..
Go to Banyuwangi.
Hello Banyuwangi
Kami turun di Stasiun Karangasem. Baru keluar stasiun, si Ibu Dewi yang punya homestay langsung telpon. Beliau udah nungguin di depan rumahnya, Toko Subur. Kami masuk dan liat kamarnya. Yang di atas, fasilitas kasur dan kipas angin, kamar mandi di luar, gantian sama yang lain. Tarifnya Rp. 50.000/malam/kamar. Yang pasti gak bebas gunain kamar mandi. Yang di bawah, kamarnya gede, kamar mandi di dalam, AC, kasurnya 2, bisa buat berempat. Tarifnya Rp. 150.000/malam/kamar. Oke, kami putuskan menginap disini.
Selain penginapan, kami juga rental mobil dari Bu Dewi. Satu hari Rp. 450.000 untuk mobil dan sopir. Exclude bensin.
Waktunya mandi dan istirahat. Abis maghrib kami akan dianter Bu Dewi cari makan. Niatnya mau makan sego tempong, tapi ternyata tutup. Akhirnya kami makan bebek kobong. Rasanya? Jangan ditanya. Enak memang. Tapi pedesnya luar biasa. Dan kami salah strategi. Harusnya minta sambelnya dipisah, ini malah dituang langsung ke bebek dan ayamnya. Alhasil semuanya pedes. Siap-siap mules :)
Kembali ke penginapan dan istirahat sebelum menuju Kawah Ijen.
|
Head lamp, salah satu perlengkapan ke Ijen |
Gunung dan Kawah Ijen
Gunung Ijen adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di daerah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Gunung ini mempunyai ketinggian 2.443 mdpl dan telah empat kali meletus (1796, 1817, 1913, dan 1936). Untuk mendaki ke gunung ini bisa berangkat dari Banyuwangi atau Bondowoso.
Jam satu teng kami berangkat menuju Paltuding. Perjalanan sekitar satu jam dari Karangasem. Di Paltuding kami ketemu Mas Eko, guide yang nemenin kita mendaki nantinya. Mas Eko ini penjaga kantin di Paltuding. Tepatnya anak dari penjaga kantin. Dia sering jadi guide disini. Kita ngobrol sebentar trus duduk di kantin nunggu diperbolehkan jalan. Jalannya dibuka jam 3 katanya. Tapi jam 2 lewat kita udah mulai jalan. Karena ini bukan weekend, kebanyakan yang kesini bule. Wisatawan lokal kebanyakan di hari libur. Bersyukur juga sih nggak terlalu rame. Karena sehari sebelumnya penuh sesak dan nggak bisa menuju kawah.
Dari Paltuding berjalan kaki dengan jarak sekitar 3 km. Jalanan pertama masih landai, lalu sejauh 1,5 km cukup berat karena menanjak. Sebagian besar jalur dengan kemiringan 25-35 derajad. Kemudian mulai terjal, lalu datar (bonus, istilah kami), lalu naik lagi. Selain menanjak struktur tanahnya juga berpasir sehingga langkah kaki semakin berat karena harus menahan berat badan agar tidak merosot ke belakang. Akhirnya kami sampai di Pos Bunder. Kami istirahat sebentar di pos yang bentuknya seperti lingkaran ini. Pos Bunder ini tempat penimbangan belerang. Disini ada kantin. Tapi sayangnya kantinnya nggak buka waktu kami sampai disini. Padahal pengen nge-teh dulu. Kami duduk sebentar di bangku kantin sebelum melanjutkan perjalanan.
Setelah beristirahat di Pos Bunder, perjalanan dilanjutkan dengan medan yang cukup landai.
Pendakian yang lumayan menguras energi. Tapi sesampainya di atas, Subhanallah, luar biasa indahnya. Disini para pendaki disuguhi pemandangan deretan pegunungan yang sangat indah. Untuk turun menuju ke kawah harus melintasi medan berbatu-batu sejauh 250 meter dengan kondisi yang terjal. Kami harus turun dengan menggunakan masker. Terjal dan harus hati-hati banget. Sesekali kami harus menepi karena harus gantian dengan penambang belerang yang mau naik. Ngomong-ngomong tentang penambang belerang, mereka ini bisa mengangkut sekitar 70-80Kg sekalinya. Dan kalian tau berapa harga belerang yang mereka angkut? Rp. 900/Kg. Dengan resiko yang cukup tinggi, terpapar gas belerang, udara dinginnya dinihari, mereka tak hanya beresiko terjatuh dan luka tapi juga beresiko penyakit lain seperti paru-paru.
|
Gas belerang di Kawah Ijen |
Kawah Ijen ini adalah sebuah danau kawah yang bersifat asam yang berada di puncak Gunung Ijen dengan tinggi 2368 meter di atas permukaan laut dengan kedalaman danau 200 meter dan luas kawah mencapai 5466 Hektar. Setiap malam, di sekitar Kawah Ijen dapat dijumpai blue fire atau api biru, yang menjadi tujuan utama para wisatawan termasuk kami. Pemandangan alami ini hanya terjadi di dua tempat di dunia yaitu Alaska dan Ijen.
|
Kawah Ijen |
Rasanya begitu luar biasa bisa sampai disini. Dengan pemandangan yang sungguh mengagumkan.
|
Narsis dengan masker |
|
Candid [pura-puranya] |
Coba perhatiin foto di bawah ini. Ini adalah pemandangan pagi waktu kami berjalan turun. Indah banget.
|
Pemandangan pagi dari Kawah Ijen menuju Paltuding |
Taman Nasional Baluran
Taman nasional Baluran terletak di Banyuputih, Situbondo, Banyuwangi sebelah utara. Nama taman ini diambil dari nama gunung, yaitu
Gunung Baluran. Taman nasional ini terdiri dari tipe vegetasi
sabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Sekitar 40% adalah hutan sabana yang disebut Savana Bekol, yang kalau di musim kemarau persis seperti di Afrika. Sayangnya kami kesana bukan di musim kemarau. Tapi cukup bagus juga, walaupun rerumputannya masih hijau.
Dari Karangasem ke Taman Nasional Baluran cukup jauh, sekitar 2-3 jam kira-kira. Tiket masuk Taman Nasional ini standart, tidak mahal. Dari gerbang masuk ke Savana Bekol lumayan jauh juga, gak memungkinkan untuk jalan kaki. memang harus menggunakan kendaraan. Tempat yang pertama kami jumpai di taman Nasional ini ya padang rumput yang cukup luas dan hijau. Inilah Savana Bekol.
|
Savana Bekol |
|
Landscape Savana bekol |
Bagi yang suka foto-foto, kayaknya kudu wajib kesini. Bnyak spot yang bagus, yang harus dicapture. Savana Bekol aja bisa menghasilkan banyak foto dari berbagai sudut.
|
So happy bisa jalan-jalan sekalian reuni |
|
Model Ala-ala |
Sepertinya foto dari sudut manapun hasilnya bagus. Buat yang mau narsis tapi nggak bawa juru foto mungkin bisa bawa tongsis alias tongkat narsis :)
|
Foto narsis kami |
|
Wefie di jalanan TN Baluran |
|
Tak ada yang lebih indah dari wefie ini :) |
Masih di Savana Bekol, namun agak ke pinggir, terdapat tengkorak hewan seperti sapi dll. Tidak hanya tengkoraknya saja, di Taman Nasional ini juga terdapat hewan seperti banteng, kerbau, kijang, rusa, macan tutul, kancil, dan monyet. Banteng merupakan mascot/ciri khas Taman nasional Baluran ini.
|
Tengkorak |
Perjalanan tidak berhenti sampai disini. Kami melanjutkan ke Pantai Bama. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Savana Bekol. Tapi lumayan juga sih. Hehhe...
Sebelumnya saya pernah searching tentang Pantai Bama ini. Di foto kelihatan bagus banget dan pantainya luas. Pas kami sampai di Pantai Bama, hal pertama yang menjadi perhatian kami yaitu monyetnya. Disini banyak banget monyet dan berusaha mendekati kita. Karena trauma dengan monyet jahil di Batu Caves, kami jadi hati-hati berjalan disini. Barang-barang yang sepertinya menarik perhatian seperti kacamata langsung masuk tas. Pak Tholib yang driver merangkap guide kami siap sedia dengan kayu, sekedar buat nakutin si monyet-monyet itu.
Kesan pertama pada pantai ini yaitu "kotor". Pantai ini nggak bersih sama sekali. Agak kecewa memang melihat pantai ini. Kecil dan kotor. Kami jadi berpikir, kenapa foto yang kami search di mbah google kelihatan luas ya? Dengan guide Pak Tholib, kami meninggalkan bibir pantai dan berjalan masuk hutan. Ya, disini terdapat hutan mangrove. Lagi-lagi mengecewakan. Hutan ini bau, sangat bau dan juga tidak terawat. Mulai dari jalanan dalam hutan, jembatan, terlihat sekali tidak terawat. Kami melewati jembatan menuju sebuah hangar/pondokan yang berada di atas bibir pantai. Kami mulai cari spot foto disini. Ternyata.... foto-foto Pantai bama yang terlihat luas itu diambil disini. dari sini memang Pantai bama terlihat luas dan bagus. Apalagi di senja hari. Berbeda jauh dengan riil-nya. Di foto bener-bener kelihatan bagus.
|
Pantai Bama |
Dari dua destinasi liburan kami kali ini, overall Banyuwangi layak dijadikan tujuan wisata kalian. Mungkin lain kali kami akan ke Pulau Merah, Green Bay dan yang lainnya.
Penasaran pengan liat sendiri? Langsung aja ke Banyuwangi.
Oya, buat yang cari penginapan atau rental kendaraan di banyuwangi bias hubungi Ibu Dewi/Bpk Abu Tholib (Toko Subur, depan Stasiun Karangasem) di HP 085236155003
See you on my next post.
Salam traveler